Sabtu, 11 April 2015

PENELITIAN TINDAKAN KELAS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU

ARTIKEL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU
Esron Rajagukguk
aritraesron@yahoo.com


ABSTRAK
Guru sebagai tenaga profesional memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sebagai tenaga profesional, guru dituntut memiliki kompetensi. Kompetensi tersebut merupakan upaya dalam pengembangan profesionalisme. Salah satu upaya pengembangan profesionalisme guru adalah pembuatan karya ilmiah yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan usaha guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan dan membantu guru dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalm proses pembelajaran.

ABSTRAK
Teachers as professionals have the primary task of educating, teaching, guiding, directing, train, assess, and evaluate students. As professionals, teachers are required to have competence. Competence is an effort in the development of professionalism. One of the efforts of the professional development of teachers is the manufacture of scientific work that is a Class Action Research. Classroom action research is an effort of teachers in improving the quality of learning is done and assist teachers in solving the problems faced in a process of learning.

    Kata Kunci :  Guru, Profesional, Penelitian Tindakan Kelas


PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Westly Gibson dalam Rindjin (1991:8) mengatakan bahwa ciri-ciri profesionalisme itu antara lain (1) masyarakat mengakui layanan yang diberikan atas dasar dimilikinya seperangkat ilmu dan keterampilan yang mendukung profesi itu; (2) diperlukan adanya proses pendidikan tertentu sebelum seseorang dapat atau mampu melaksanakan tugas profesi tersebut; (3) dimilikinya mekanisme seleksi standar sehingga hanya mereka yang kompeten boleh melakukan pekerjaan atau profesi itu; dan (4) dimilikinya organisasi profesi untuk melindungi kepentingan anggotanya serta meningkatka n layanan kepada masyarakat termasuk adanya kode etik profesi sebagai landasan perilaku keprofesionalannya.

Dalam upaya mewujudkan guru profesional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 (pasal 28 ayat 3) tentang Standar Pendidikan Nasional menyatakan bahwa guru diharapkan memiliki empat kompetensi. Pertama kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan guru untuk mengelola  pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi. Kedua kompetensi kepribadian, yaitu kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Ketiga  kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Keempat kompetensi sosial, yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul  secara efektif dengan peserta didik, semua pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, dan masyarakat umum.

Keberhasilan guru melaksanakan profesinya terutama dapat dilihat dari kadar kualitas pengelolaan pembelajaran yang diciptakan. Pembelajaran merupakan inti proses pendidikan. Melalui pembelajaran yang berkualitas, dapat dihasilkan lulusan yang cerdas, adaptif, kompetitif, dan berbudi luhur. Dalam praktiknya sehari-hari guru berhadapan dengan peserta didik yang memiliki latar belakang yang berbeda baik minat, motivasi, kemampuan intelektual dan sosial, ekonomi dan sebagainya.  Guru menjumpai ada siswa sering yang  terlambat, tidak mengerjakan PR, mengantuk di kelas, menyontek ketika ujian, menjiplak pekerjaan teman dan lain sebagainya.

Muslikhah (dalam Hamid, 2011 : 3)  mengatakan guru adalah jantungnya pendidikan, tanpa peran aktif guru, kebijakan perubahan pendidikan secanggih apapun akan tetap sia-sia, sebagus apapun dan semoderen apapun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru berkualitas tidak akan membuahkan hasil optimal, artinya pendidikan yang baik dan unggul tetap tergantung pada kondisi guru. Guru merupakan pihak pemegang kunci dari menarik serta efektif tidaknya suatu proses pembelajaran, karena itu seorang guru tidak hanya dituntut mampu menghidupkan suasana kelas tetapi juga mampu menjadikan pembelajaran yang terjadi menjadi suatu  proses peningkatan kepribadian bagi peserta didik.

Salah satu upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara berkesinambungan. Praktik pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dapat meningkatkan profesionalisme guru (Ahmar, 2005; Jones & Song, 2005; Kirkey, 2005; McIntosh, 2005; McNeiff, 1992). Ini merupakan salah satu alasan betapa pentingnya penelitian tindakan kelas bagi seorang guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Mengapa Penelitian Tindakan Kelas ? Hal ini, karena Penelitian Tindakan kelas (PTK) dapat membantu (1) pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa, (2) peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional guru (Prendergast, 2002). Lewin (dalam Prendergast, 2002:2) secara tegas menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain. Alasan Pentingnya lainnya adalah 1) Penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya. Guru menjadi reflektif  dan kritis terhadap apa yang guru dan siswa lakukan. 2)Penelitian tindakan kelas meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan tanpa adanya upaya perbaikan dan inovasi namun dia bisa menempatkan dirinya sebagai peneliti dibidangnya. 3) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu pengkajian yang terdalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. 4) Penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak perlu meninggalkan kelasnya.
Selain itu dengan adanya Penelitian tindakan kelas (PTK) juga maka akan meningkatkan intuisi seorang pendidik, diantaranya seperti berikut:
•    Meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui diskusi.
•    Meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas melalui penerapan reward dan punishment.
•    Meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam menyusun rencana pengembangan sekolah melalui workshop.
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Tindakan Kelas
1.    Suharsimi Arikunto (2002) menjelaskan bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata ”penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.
2.    John Elliot (1982) bahwa PTK adalah tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya mencakup; telaah, diagnosis, perencanaan, pelak-sanaan, pemantauan, dan pengaruh yang menciptakan hubungan antara evaluasi diri dengan perkembangan professional.
3.    Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial. Sedangkan Carr dan Kemmis menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari: (a) praktik-parktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, (c) situasi-situasi (lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Hardjodiputro, 1997).
4.    Suhardjono (2006:4) bahwa PTK adalah laporan dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran-nya.
5.    Ridwan (2005:1) bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tinda-kan, yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih terjadi dalam proses pembelajaran dan untuk mewujudkan tuju-an dalam proses pembelajaran tersebut.
6.    Hopkins (1993) PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau sesuatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa : 1) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan; 2) PTK dilakukan oleh pelaku tindakan, artinya dirancang, dilaksanakan dan dianalisis  oleh guru yang bersangkutan ; 3) PTK dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran artinya PTK diharapkan dapat meningkatkan kualitas berbagai aspek pembelajaran sehingga kompetensi yang menjadi target pembelajaran dapat tercapai secara maksimal (efektif dan efisien); 4) PTK dilakukan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri. Setiap langkah dilakukan dengan terprogram, dan penuh kesadaran sehingga dapat diketahui aspek-aspek mana yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki demi ketercapaian kompetensi yang ditargetkaan; 5) PTK bersifat situasional dan kontekstual, artinya selalu dilakukan dalam situasi dan kondisi tertentu, untuk kelas dan topik mata pelajaran tertentu sehingga simpulan atau hasilnya pun hanya diarahkan pada konteks yang bersangkutan, bukan untuk konteks yang lain. (Muslich  2009 : 9-10)
Oleh karena PTK berfokus pada kelas, maka komponen yang dapat dikaji melalui PTK adalah :
a.    Siswa (murid), dapat dicermati objek-nya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium atau bengkel, maupun ketika siswa sedang asyik menger-jakan tugas rumah.
b.    Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
c.    Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.
d.    Peralatan atau sarana pembelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dicermati dapat guru, siswa, atau keduanya.
e.    Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan dan terkait dengan proses pembelajaran, sarana pembelajaran, guru, atau siswa itu sendiri.
f.    Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur/ direkayasa dalam bentuk tindakan. Misalnya yang dapat digolongkan kegiatan pengelolaan adalah cara mengelompokkan siswa, pengaturan tempat duduk, cara guru memberikan tugas, penataan perala-tan pembelajaran, dan sebagainya.
B.    Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas dan mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut terjadi dan dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan serta  untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.
Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara rinci tujuan PTK antara lain:
1.    Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2.    Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3.    Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
4.    Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah  peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut.   
a.    Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.
b.    Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.
c.    Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.
d.    Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
e.    Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.

C.    Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapai dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut :
1.    Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
2.    Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme dan karir pendidik.
3.    Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
4.    Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan peserta didik.
5.    Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
6.    Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
D.    Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas
PTK memiliki tiga ciri pokok, yaitu :1) inkuiri reflektif, 2) kolaboratif, dan 3) reflektif
1)    Inkuiri reflektif. Penelitian kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). Masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu merisaukan tentang kerepresentatifan sampel dalam rangka generalisiasi. Tujuan penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki praktis secara langsung, di sini dan sekarang (Raka Joni, 1998).
Penelitian tindakan kelas menggunakan metodologi yang agak longgar, khususnya dalam kalibrasi instrumen penelitian. Namun demikian, penelitian tindakan tetap menerapkan metodologi yang taat azas (diciplined inquiri) dalam hal pengumpulan data yang menekankan pada obyektif sehingga memungkinkan terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Proses dan temuan penelitian tindakan kelas didokumentasikan secara rinci dan cermat. Proses dan temuan dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematik dan mendalam (McNiff.1992:9). Penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai suatu inkuiri reflektif (sel-reflective-inquiry).

2) Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain atau pakar/ahli. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa-basi, tetapi harus tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut (perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi, dan refleksi), sampai dengan menyusun laporan hasil penelitian.

3) Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus menerus untuk mendapatkan, penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang efektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya.
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah. Tindakan tersebut dilakukan pada situasi alami serta ditujukan untuk memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK dilakukan dalam suatu siklus kegiatan. Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut: 1) PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah tersebut. 2) PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan
E.    Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
1.    Tugas guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan yang dipilih tidak/ kurang berhasil, maka la harus tetap berusaha mencari alternatif lain. Guru harus menggunakan pertimbangan dan tanggungjawab profesionalnya dalam mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklus sampai terjadinya peningkatan, atau "kesembuhan" sistem, proses, hasil, dan sebagainya.
2.    Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu : persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hzsil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini mengisyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistemik dan terkendali menurut kaidah ilmiah
3.    Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasal tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini mempersyaratkan bahwa dalain menyelenggarakan penelitian tindakan agar tetap menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
4.    Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya. Bila pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian akademik atau kajian literatur semata, maka penelitian tersebut dipandang sudah melanggar prinsip ke-otentikan masalah. Jadi masalah harus didiagnosis dari kancah pembelajaran yang seungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan terjadi secara akademik.
5.    Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat ditakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam (motivasi intrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental.
6.    Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas, misalnya : tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan
(Hopkins, 1993 57-61)
F.    Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan-kegiatan pokok dalam PTK seperti : (i) planning, (ii) acting, (iii) observing, (iv) reflecting. Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Bila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas.
1.    Planning (perencanaan). Yang termasuk dalam kegiatan planning adalah sebagai berikut : (i) Identifikasi masalah, (ii) identifikasi (analisis) penyebab masalah dan (iii) pengembangan intervensi (action/solution). Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam serangkaian tahap-tahap penelitian. Oleh sebab itu identifikasi masalah merupakan tahap kualitas masalah yang diteliti. Masalah-masalah yang asal-asalan (yang kurang teridentifikasi) dapat menyebabkan pemborosan energi, sebab riset tidak membawa temuan yang bermanfaat. Sebagaimana disinggung oleh tulisan sebelumnya, tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan riset PTK. Untuk itu, beberapa langkah berikut diikuti dengan seksama sebagai cara untuk menemukan masalah yang dapat didekati dengan PTK adalah : (a) Masalah harus rill dan on-the job problem oriented, artinya masalah tersebut di bawah kewenangan seorang guru untuk memecahkan. Masalah itu juga datang dari pengamatan (pengalaman) seorang guru sendiri sehari-hari, bukan datang dari pengamatan orang lain. (b) Masalah harus problematik (artinya masalah tersebut perlu dipecahkan). Tidak semua masalah pendidikan (pembelajaran) yang nyata (rill) adalah masalah-masalah yang problematik, sebab : (i) pemecahan masalah tersebut kurang mendapat dukungan literatur/sarana-prasarana/birokrasi, (ii) pemecahan masalah belum mendesak dilaksanakan, dan (iii) ternyata guru tidak mempunyai wewenang penuh untuk memecahkan. Sebagai contoh : mayoritas siswa tidak dapat membaca buku teks bahasa Indonesia dapat merupakan masalah yang kurang problematik bagi seorang guru biologi. Masalah ini lebih merupakan tanggung jawab (kewenangan) seorang guru bahasa Indonesia.
(c) Masalah harus memberi manfaat yang jelas, artinya pemecahan masalah tersebut akan memberi manfaat yang jelas/nyata. Untuk itu; pilihlan masalah-masalah riset yang memiliki asas manfaat secara jelas. Untuk apa, yang akan terjadi, bila masalah tersebut dilontarkan beberapa pertanyaan sebagai berikut : (i) apa yang akan terjadi bila masalah tersebut dipecahkan?, (ii) resiko apa yang paling jelek bila masalah tersebut tidak segera dipecahkan, dan (iii) tujuan pendidikan yang mana yang tidak tercapai, bila masalah tersebut tidak segera dipecahkan. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membimbing pada penemuan masalah-masalah riset yang mendesak untuk dipecahkan.
(d) Masalah PTK harus feasible (dapat dipecahkan ditangani). Bila dilihat dari sumber daya peneliti (waktu, dana, minggu efektif semester, dukungan birokrasi, dan seterusnya) masalah tersebut dapat dipecahkan. Dengan kata lain, tidak semua riset yang sudah riil problematik dan manfaatnya jelas, selalu feasible. Untuk itu, harus dipilih masalah-masalah yang feasible dengan pertimbangan faktor-faktor pendukung di atas. Perumusan masalah setelah teridentifikasi, dapat dirumuskan ke dalam kalimat pernyataan sehingga tidak aspek-aspek (what, when, who, where, why, how much). Identifikasi penyebab masalah (problem causes) merupakan langkah kedua planning yang penting dilakukan. Setelah mendapatkan masalah riil, problematik, bermanfaat dan feasible, langkah selanjutnya adalah identifikasi penyebab masalah tersebut. Melalui brainstorming (secara kolaboratif), analisis penyebab munculnya masalah dapat dijabarkan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah tersebut, suatu tindakan (alternative soluting/action) dapat dikembangkan. Untuk mematikan akar penyebab masalah tersebut, beberapa cara koleksi data diterapkan, misalnya : (a) mengembangkan angket, (b) mewancarai siswa, dan (c) melakukan observasi langsung di kelas.
Dari berbagai kemungkinan penyebab masalah dicoba diidentifikasi dan dianalisis untuk menentukan penyebab yang paling mungkin (the most probable cause) data-data (informasi) dikumpulkan lewat (i) angket, (ii) wawancara mendalam, dan (ii) observasi kelas. Informasi-informasi (data) tersebut kemudian dianalisis (secara kolaboratif) dan disimpulkan.
2.    Acting. Action (intervensi) dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Langkah-langkah praktis tindakan diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan ? Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi kolaborator? Siapa yang mengambil data? Pada saat pelaksanaan ini (acting), guru harus mengambil peran dalam pemberdayaan siswa sehingga mereka menjadi agen of change bagi diri dan kelas. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar (learming community) daripada laboratorium tindakan. Jadi, cara-cara empiris membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus dihindarkan.
3.    Observating. Observating adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action terus dimonitor secara reflektif). Data-data apa saja yang perlu dikumpulkan? Data kuantitatif tetang kemajuan siswa (nilai) dan data kualitatif (minat / suasana kelas) perlu dikumpulkan. Pendek kata, pada langkah ini, peneliti menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan data dan alat koleksi data (angket/wawancara/observasi, dan lain-lain) tentang fenomena kelas yang dibuat siswa dan guru meru infortnasi yang berharga.
4.    Reflecting .Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (i) pada siswa, (ii) suasana kelas, (iii) guru. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan sejauh mana (to what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan (termasuk para ahli) akan memakan peran sentral dalam memutuskan \"Judging the value\" (seberapa jauh action telah membawa perubahan : apa/dimana perubahan terjadi, mengapa demikian apa kelebihan/kekurangan, langkah-langkah penyempurnaan dan sebagainya). Berdasarkan hasil refleksi terebut maka peneliti/penulis mencoba untuk mengatasi kekurangan/kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan. Hal ini kalau ditemukan cara atau strateginya maka diperlukan rencana untuk melaksanakan tindakan/siklus berikutnya.Dari siklus ini diharapkan merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya, maka tahapan pada siklus perlu direncanakan seperti pada siklus-siklus sebelumnya.
5.    Akhir tindakan. Apabila penelitian sudah selesai maka peneliti perlu menyusun laporan penelitian.Yang perlu ditulis pada laporan setidaknya menyangkut aspek yang berkaitan dengan: (1) setting yang memberi gambaran tentang kondisi lapangan/kelas tempat penelitian dilakukan, disertai penjelasan adanya perbedaan antara model pembelajaran yang biasa dilakukan dengan model yang sedang dilaksanakan lewat penelitian tindakan kelas, (2) penjelasan hasil pelaksanaan tiap siklus dengan data lengkap hasil pengamatan disertai hasil refleksinya. Data yang disajikan merupakan potret dari semua kejadian selama tindakan pada siklus tertentu berlangsung, dengan berbagai jenis metode dan instrumen yang digunakan. Data dapat disampaikan dengan tabel/grafik disertai diskripsi dan ulasan selengkap mungkin. (3) Sesudah semua siklus dijelaskan baru dianalisis dengan memperhatikan dari hasil keseluruhan siklus. Langkah ini yang sering dinamakan pembahasan. Pada bagian ini akan dapat diperolah gambaran secara menyeluruh dengan diberikan data lengkap. Hasil pengamatan dari siklus ke siklus dapat disusun kedalam grafik/tabel dengan diberikan ulasan terhadap perubahan/perbaikan akibat tindakan yang dilakukan.
Untuk itulah, disarankan peneliti akan responsif terhadap perubahan yang berkembang di kelas. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri murid seperti : a) Hasil belajar harian/tengah semester/ semester,    b) Perhatian dan motivasi terhadap pelajaran       c) portofolio (catatan-catatan tentang hasil prestasi murid) dan d)  Perubahan sikap (catatan-catatan tentang hasil / prestasi murid).   Demikian pula perubahan-perubahan yang terjadi pada diri guru sebagai peneliti, seperti : a) Peningkatan pengetahuan pengelolaan kelas 2) Kepercayaan diri, 3) Peningkatan ketrampilan, 4 )  Pemahaman terhadap berbagai model pembelajaran, 5) emampuan mendeteksi perubahan akibat tindakan
Suasana perubahan pada atmosfer kelas juga disajikan, seperti suasana kelas yang mendorong pembelajaran, penampilan kelas menyajikan tayangan hasil siswa, suasana kelas yang lebih akrab (unhostile classroom enviroment), perhatian siswa, sikap terhadap model pembelajaran yang baru disampaikan dan seterusnya.
Apa yang terjadi bila dalam perjalanan siklus 1 ke siklus 2, ke siklus 3 peneliti mungkin merasa puas dan mungkin sadar identifikasi terhadap masalah akar penyebab (the most probable cause) dirasakan kurang pas, peneliti dapat mengulangi lagi mencari penyebab dan kemudian mengembangkan bentuk intervensi, sehingga pada siklus ke-4, 5 dan seterusnya dengan intervensi yang dikembangkan berbeda. Yang penting bahwa action reserch berorientasi pada improvement yang sering kali jalannya berkelok-kelok, akan diakhiri kepuasan hasil kerjanya, dan mampu mengembangkan proses pembelajaran di kelas, dan akan diikuti oleh peningkatan prestasi belajar siswa. Karena itu perlu memperhatikan variabel yang diperkirakan mempengaruhi prestasi belajar siswa, sebatas peneliti/guru mampu mendeteksi serta menemukan data pendukungnya. Setiap tahun yang dihadapi para guru di kelas selalu berubah, maka permasalahan yang dihadapi juga akan berbeda-beda. Untuk itulah maka perlu selalu berusaha mencari cara/model untuk mengatasi lewat kegiatan penelitian

PENUTUP
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan didalam kelas. Penelitian tindakan kelas dapat dijadikan sarana bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif. Penelitian tindakan kelas juga merupakan kebutuhan bagi guru dalam meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru. Dengan memahami dan kemudian mencoba melaksanakan penelitian tindakan, diharapkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat kualitasnya dan sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan serta pendidik / tenaga kependidikan yang sekarang menjadi hambatan utama.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Hamid, Marwan.2011. Peranan PTK dalam meningkatkan kualitas guru . Majalah VARIASI,  ISSN: 2085-6172 Vol 2 No 6, Feb 2011]

Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK itu mudah. Jakarta : Bumi Aksara

Nengah,  Suandi I , Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDHIKSA, edisi khusus tahunXXXX1, Mei 2008

Suyadi.2010.  Buku Panduan guru profesional. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta : Andi

Materi Pembelajaran : Persebaran Hutan di Dunia



Persebaran Hutan di Dunia

1.          Hutan basah/ Hutan Hujan Tropika
Hutan Basah
Ciri-ciri bioma hutan basah antara lain :
1.     Curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun (200 - 225 mm/tahun)
2.     Sinar matahari sepanjang tahun
3.     Perubahan suhu relarif rendah
4.     Dasar hutan basah dan lembab
5.     Pohon-pohon rapat,  membentuk kanopi (payung), gelap sepanjang hari, dan hijau sepanjang tahun (ever green)

Lingkungan Biotik:
Ø Flora:  terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan yang heterogen. Pohon-pohon utama seperti  cendana dan pohon besi mencapai ketinggian 20-50 meter. tumbuhan khas yang terdapat di sini yaitu tumbuhan liana (tumbuhan yang menjalar) seperti rotan dan tumbuhan epifit (tumbuhan yang menempel) seperti anggrek, tumbuhan paku.

Ø Fauna: hewan yang hidup di siang hari (diunal) seperti orang utan dan hewan yang hidup di malam hari (nokturnal) seperti burung hantu, macan tutul, dsb.

Persebaran hutan basah terdapat di daerah tropika meliputi semenanjung Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia Bagian Utara, Indonesia dan Malaysia. Di hutan ini terdapat beraneka jenis tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup.


2.    Hutan Musim Tropika
http://2.bp.blogspot.com/-sWbZM8KOY74/UVQIGJ4T2MI/AAAAAAAAAMU/A3qGEqf8VmY/s320/hutan-jati+geografisma_site90.jpg


Bioma hutan musim tropis terdapat pada daerah-daerah yang mengalami pergantian musim kering dan musim penghujan yang sangat jelas. Hutan musim tropis mempunyai biomassa yang lebih rendah daripada hutan hujan tropis. Hutan musim tropis juga memiliki struktur berlapis-lapis yang terdiri dari lapisan atas (kanopi), lapisan tingkat, dan lapisan dasar dengan ketinggian pohon dapat mencapai 35 meter.

Ciri-ciri :

1.     Ketinggian pohon 15 - 35 meter
2.     Cabang pohon mulai tumbuh saat pohon masih rendah
3.     Sebagian sinar natahari dapat mencapai tanah
4.     Dimusim panas, pohon menggugurkan daunnya (meranggas) untuk mengurangi penguapan
5.     Dimusim penghujan, daunnya lebat

Lingkungan Biotik :

Ø  Flora: didominasi oleh pohon jati, pohon angsana, dan pohon karet
Ø  Fauna: rusa, kijang, babi hutan, dan harimau
Persebaran hutan musim tropis meliputi wilayah benua Amerika Tengah, Afrika Selatan, Asia Timur, Australia, India, dan Indonesia (Jawa, Sumatera, Sulawesi)
3.    Hutan Gugur
http://1.bp.blogspot.com/-HxqpxTtQNGI/UVQIquE--FI/AAAAAAAAAMc/nPYlhybfE0I/s320/hutan-gugur+andimanwo_wordpress.jpg

Ciri khas dari bioma hutan gugur adalah tumbuhannya pada waktu musim dingin, daun-daunnya meranggas/berguguran.

Ciri-ciri:

1.     Curah hujan merata yaitu 7.500-10.000 mm/tahun
2.     Mempunyai empat musim (panas, dingin, gugur, dan semi)
3.     Terletak di wilayah sub tropis 23,5 derajat Lu dan LS
4.     Pada musim panas: radiasi matahari cukup tinggi, curah hujan tinggi, dan kelembaban tinggi.
5.     Menjelang musim dingin: radiasi matahari mulai berkurang, suhu dan kelembaban mulai turun. tumbuhan sulit mendapatkan air, sehingga warna daun menjadi merah dan cokelat hingga akhirnya berguguran (musim gugur).
6.     Musim dingin: tubuhan gundul (tidak berdaun), daun tidak mengalami fotosintesis, dan beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur panjang).
7.     Menjelang musim panas: suhu naik, salju mencair, dan tumbuhan mulai berdaun (musim semi).

Lingkungan Biotik :
Ø  Flora: bunga sakura, bunga nasional negara Kanada, bambu, palem, pakis, dan eucalyptus.

Ø  Fauna: serangga, burung, bajing, rakun, kiwi, dan tasmania.

Penyebaran hutan gugur dapat dijumpai di wilayah Amerika Serikat, Kanada, Eropa Barat, Asia Timur dan Chili.


4.    Hutan Hujan Iklim Sedang

5.    Taiga
http://4.bp.blogspot.com/-OOfuAsggxws/UVQKNBNN3NI/AAAAAAAAAMs/PV-B-5wakF4/s320/alaska_taiga_forest+andrekosslick_deviantart_com.jpg
Hutan taiga di Alaska yang didominasi (homogen) oleh pohon cemara.

Bioma ini kebanyakan berada di wilayah antara subtropika.

Ciri-ciri:
1.     Perbedaan suhu pada musim panas dan musim dingin sangat tinggi.
2.      Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas (3-6 bulan).
3.      Tumbuhan/pohon yang seragam (homogen).
Lingkungan Biotik :
Ø  Flora : pohon berdaum jarum/konifer seperti pohon pinus merkusi, cemara. Berdaun jarum disini yaitu pohon membentuk seperti jarum jika dilihat dari kejauhan.

Ø  Fauna: beruang hitam (grizily), tupai, burung-burung yang bermigrasi, rusa kutub, dan serigala.

Persebaran bioma hutan taiga tersebar di daerah Skandinavia (Eropa Utara), Rusia, Siberia, dan Alaska.



6.    Padang Rumput
http://1.bp.blogspot.com/-OE01bFc7B3A/UVQLakBDJuI/AAAAAAAAAM4/65rYwegabIY/s320/pampa+Argentina+trevorherriot_blogspot.jpg

Padang rumput (Stepa)

Ciri-ciri bioma stepa:

1.     Terdapat di daerah peralihan antara iklim basah (hummid) dan iklim kering (arid)
2.     Curah hujan anatara 50 - 100 mm/tahun
3.     Curah hujan relatif rendah dan tidak teratur
4.     Porositas (air yang meresap ke tanah) dan drainase (pengairan) kurang baik sehingga tumbuhan sulit mengambil air

Lingkungan Biotik:
Ø  Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang porositas dan drainasenya kurang baik yaitu tumbuhan rumput. Ketinggian rumput yang hidup di wilayah stepa memiliki ketinggian 0,6 - 1,2 meter.

Ø  Fauna: hewan yang hidup di wilayah stepa antara lain kelinci, bison, mustang (kuda liar), serigala, domba, dan kanguru.

Persebaran bioma stepa terdapat di wilayah Hongaria (Puzta), Kanada (Great Plains), Amerika Selatan (Pampa-Argentina), Rusia (Siberia), Amerika Serikat (Praire), Australia, dan Selandia Baru.




http://3.bp.blogspot.com/-nFDswG8TGyU/UVQEDvOU3CI/AAAAAAAAALk/cPjPgiteuCc/s320/Savana+meteoweb_com.jpg

Bioma sabana adalah Padang Rumput yang diselingi oleh gerombolan Semak dan Pohon. Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya sabana dibagi menjadi dua jenis yaitu sabana murni (satu jenis tumbuhan) dan sabana sampuran (campuran jenis tumbuhan).

Ciri-ciri bioma sabana:
1.     Terdapat di daerah khatulistiwa (iklim tropis).
2.     Curah hujan anatara 100 - 150 mm/tahun.
3.     Curah hujan sedang dan tidak teratur.
4.     Porositas (air yang meresap ke tanah) dan drainase (pengairan) cukup baik .
Lingkungan Biotik:
Ø  Flora: rumput, semak, dan pepohonan dengan ketinggian maksimal 4 meter.
Ø  Fauna: gajah, jerapah, zebra, kuda nil, singa, cheetah, dsb.
Persebaran bioma sabana terdapat di Afrika, Amerika Selatan, Australia, dan Indonesia (Nusa Tenggara).






7.    Tundra
http://4.bp.blogspot.com/-aNOjpRDQWuQ/UVQLulPjclI/AAAAAAAAANA/rGFFh2Xb_7Q/s320/caribou_tundra+whs_moodledo_co_uk.jpg

Hutan lumut banyak ditemukan di lereng gunung atau pegunungan yang berada di atas batas kondensasi uap air ( > 2500 mdpl) disebut hutan lumut karena vegetasi utama/yang khas dalam bioma ini adalah tumbuhan lumut yang tumbuh tumbuh di tanah dan bebatuan.

Ciri-ciri:
1.                Radiasi energi matahari sangat sedikit
2.                Musim dingin sangat panjang dan gelap (9 bulan)
3.               Musim panas berlangsung cepat (3 bulan), ;pada musim inilah vegetasi mulai tumbuh.
Lingkungan Biotik:
Ø  Flora: vegetasi yang dominan di bioma tundra adalah lumut dan jamur.
Ø  Fauna: muskoxem (bison kutub), reinder/caribau (rusa kutub), pinguin, dan singa laut.
Bioma ini terdapat di kawasan lingkungan kutub (artik/ Kutub Utara dan antartika/ Kutub Selatan).







8.    Gurun
http://2.bp.blogspot.com/-yOgDLRc2GYk/UVQB0FIfYKI/AAAAAAAAALM/yYC0fqXavmk/s320/Sahara_desert+khabarkini2_blogspot.jpg
Ciri-ciri bioma gurun :
1.     Curah hujan sangat rendah, +/- 25 mm/tahun
2.     Evaporasi (penguapan) tinggi dan lebih cepat daripada presipitasi (hujan)
3.     Kelembaban udara sangat rendah
4.     Perbedaan suhu udara siang dan malam sangat tinggi (siang 45'C malam 0'C)
5.     Tanah pasir sangat tandus karena tidak dapat menampung air
6.     Tingkat deflasi tinggi
Lingkungan Biotik:
Ø  Flora: tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang kering (xerofit) seperti kaktus, pohon korma, dan zaitun

Ø  Fauna: hewan besar yang mampu menyimpa air seperti unta, sedangkan hewan kecil hanya aktif pada pagi dan malam hari dimana pada siang harinya bersembunyi di lubang-lubang seperti ular, tikus, kadal, dan serangga.
Persebaran bioma gurun banyak terdapat di wilayah benua Afrika Utara (Sahara) , Amerika Utara (Great Basin), Austalia (Gibson), Asia (Takla Makan), dan Indonesia (Parangtritis).